Munafri Arifuddin Sambut Baik Pemuda Gagas Pembersihan Kanal
MAKASSAR, RADIOALMARKAZ.CO.ID – Menyambut Hari Ulang Tahun ke-418 Kota Makassar, sejumlah Pemuda yang tergabung dalam komunitas Generasi Hijau Institute menggagas gerakan lingkungan bertajuk Rally Mulia Pro-Kasih (Mulia Program Kanal Bersih).
Program ini digagas mereka bekerja sama dengan AAS Foundation, IKA Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, serta Yayasan Samudra Indonesia, dan Pemerintah Kota Makassar.
Founder Generasi Hijau Institute, Adam, menyampaikan kegiatan ini diinisiasi sebagai bentuk kepedulian kaum muda terhadap kondisi lingkungan, khususnya kanal-kanal di Makassar yang tengah menjadi perhatian besar Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham (MULIA)
“Kolaborasi program ini akan diperluas dengan melibatkan TNI/Polri, mahasiswa, pelajar, hingga elemen masyarakat untuk menciptakan gerakan kolektif yang berkesinambungan,” jelasnya.
Adam menambahkan, dalam rencana, program Rally Mulia Pro-Kasih akan memetakan enam titik kanal prioritas di Makassar. Setiap titik akan menjadi fokus kegiatan pembersihan, pemetaan masalah, hingga edukasi perilaku masyarakat secara bertahap setiap bulan.
“Ada 6 titik etape yang akan dilakukan satu tiktik perbulan. Jadi program ini akan berkelanjutan. Kami juga akanmemberikan edukasi hingga pemeriksaan kesehatan gratis,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menilai gerakan ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam menata kanal. Ia menekankan, masalah kanal tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri, melainkan membutuhkan sinergi semua pihak.
“Kanal adalah wajah kota. Kalau kita ingin menjadikan Makassar lebih sehat, bersih, dan berdaya, maka kanal harus ditangani secara bersama-sama,” katanya.
Namun demikian, Munafri Munafri menjelaskan tantangan besar yang dihadapi. Salah satunya adalah kanal yang berbeda diluar kewenangan Pemkot, serta keberadaan bangunan liar di atas jalan inspeksi kanal, yang selama ini menghambat upaya pembersihan dan penataan.
“Jadi memang butuh koordinasi lintas lembaga. Tapi yang paling penting, kita harus berani menertibkan bangunan liar ini. Kalau jalan inspeksi tidak terbuka, kita tidak bisa membersihkan kanal dengan maksimal,” tegasnya.
Selain itu, Ia juga membahas penumpukan sedimen yang menjadi menjadi pekerjaan rumah berat. Munafri menjelaskan bahwa pembersihan kanal tidak cukup hanya dengan satu alat berat dan beberapa truk pengangkut.
“Saya pernah coba, satu alat berat dan lima mobil truk tidak cukup. Baru bergeser sepuluh meter, sudah penuh lagi. Jadi harus ada kekuatan armada yang besar, termasuk alat amfibi untuk mengangkat sedimen,” jelasnya.
Meski demikian, Munafri mengatakan Pemerintah Kota Makassar menyatakan dukungan penuh, mulai dari alat. Munafri mengajak semua pihak untuk menyatukan kekuatan, agar pekerjaan ini bisa dilakukan secara lebih efektif.
“Kita harus duduk bersama, hitung kekuatan personel, armada, dan strategi. Apakah satu etape diselesaikan satu kali, atau langsung dua etape sekaligus supaya lebih cepat. Intinya, jangan dikerjakan parsial, tapi terintegrasi,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya menghubungkan aksi pembersihan kanal dengan perubahan perilaku masyarakat. Menurutnya, tanpa edukasi dan kesadaran warga, kanal yang sudah dibersihkan akan kembali kotor.
“Ini bukan sekadar bersih-bersih. Kita harus membangun kesadaran kolektif. Kanal harus menjadi ruang hidup yang sehat, aman, dan produktif. Kalau kanal tertata, bisa jadi jogging track, bisa jadi ruang ekonomi kreatif, bahkan ikon baru kota Makassar,” tutur Munafri.(*)


